DARI IBU SEORANG DEMONSTRAN
karya Taufik Ismail.
Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini
Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada
Atau gas air mata
Tetapi langsung peluru tajam
Tapi itulah yang dihadapi
Ayah kalian almarhum
Delapan belas tahun yang lalu
Pergilah-pergi, setiap pagi
Setelah dahi dan pipi kalian
Ibu ciumi
Mungkin ini pelukan penghabisan
(Ibu itu menyeka sudut matanya)
Tetapi ingatlah, sekali lagi
Jika logam itu memang memuat nama kalian
(Ibu itu tersedu sessaat)
Ibu relakan
Tapi jangan disaat terakhir
Kau teriakkan kebencian
Atatu dendam kesumat
Pada seseorang
Walaupun betapa zalimnya
Orang itu
Niatkanlah menegakkan kalimat Allah
Di atas bumi kita ini
Dengan menegakkan keadilan
Dan kebenaran
Tanpa dendam dan kebencian
Kemudian lepaskanlah kesaksian pada Tuhan
Serta Rasul kita yang tercinta
Pergilah - pergi
Iwan, Ida, Adi
Pergilah - pergi pagi ini
(mereka telah berpamitan dengan ibu yang tua
beberapa saat tangannya meraba rambut mereka
dan berangkatlah mereka bertiga.
Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata)
______________________________________________________________________________
Komentarku :
Membaca puisi tersebut dengan nada sedih, tegas, teguh dan pikiran yang jauh ke depan..seorang ibu..hanya bisa mendoakan anaknya saat turun ke jalan demonstrasi pada zaman lalu.
Jika dibacakan dengan suara agak tersekat pada akhir bacaan, seolah rela atau tidak rela melepas kepergian anaknya...Bisa saja hampir meneteskan air mata.
No comments:
Post a Comment