Sunday, May 29, 2011

Rimba Yang Kesepian

karya : Iyut Fitra

kotaku jadi biru ketika kau datang (tenang...sambil  melihat sekeliling)
suatu ketika senja merah di ladang-ladang di lelahan kalah (mimik berubah, sedih dan kecewa...diiringi suara)
tak sempat kusuruk duka
kawanan burung menangis di matamu. aku rimba ( suara yang tertahan karena menangis)
yang kesepian,
katamu berusaha mencatat angin, di sela dahan ranggas. hanya
desir ngilu (mengenang kembali)
bagai kekasih-kekasih bermimpi
dalam lengang

lalu kucerita rangkap nasib sebelum tepi-tepi hari. sepintal
senyum yang tak selesai
betapa kecut
seolah harapan hanya ada di dada pengembara
lalu kubayangkan tepian. semusim dulu pernah singgah
kita bocah pemuja bunga rumput. kekanak nakal memburu capung (mimik & suara mengenang gembira)
dan berjanji di setiap sore hari
kelak, di bulan-bulan jingga, kita kan menikah di tepi sungai
hanyut sebelum malam
dalam upacara jalin bunga

namun betapa waktu terasa cepat tua (terkejut)
kotaku tak lagi biru
hanya lelamat kepedihan. ketika kau tuju rimba yang jadi abu














Tanda baca yang dibuat iyut fitra tidak beraturan, namun kita harus menambah koma yang pas untuk memberikan jeda dan pemahaman lagi terhadap puisi tersebut, dan aku masukkan tips untuk mimik dan suara yang berbeda dengan warna biru.

Komentarku :
Wah...sudah lama juga nggak ikut lomba baca puisi..aku niat tampil karena memang jadwal ngajarku nggak dempet. WAlau ketika aku datang ikut lomba ada juga yang nyangka kalau aku jadi jurinya, ehh..ternyata jadi peserta...ya sutralah..lagi mood nich...sudah pengen juga untuk dikritik juri...hi..hi..

Ini puisi Iyut Fitra yang lain, sebenarnya maknanya agak sulit untuk dipahami..
tapi dari 2 buah puisi lain yang dilombakan yaitu : Malin Kundang dan Rumah Berpintu Lima, aku prefer sama puisi Rimba Yang Kesepian ini.

DApat puisinya 1 hari sebelum lomba, nekat...trus...rencananya mau lihat peserta lain tampil duluan untuk mencari inspirasi, nah lo..ternyata aku dipanggil di urutan ketiga...
Alhasil tampil semaksimal mungkin dengan apa adanya, yang penting "penghayatan maksimal" batinku..

Selesai tampil, penonton tepuk tangan dengan meriah, banyak yang menyalami, dan bilang,,,bagus2...
he..he..aku juga nggak nyangka...tapi aku tahu peserta2 lain masih banyak sesudah aku...lebih banyak yang berpengalaman menang lomba bertahun2 ..termasuk ibu2 lain  yang seusiaku dan pelajar lain...mereka udah lama jadi macannya lomba puisi.

Yah ..walaupun nggak menang, tapi dari penjelasan juri, nilai kami semua beda2 tipis.
Bagiku tak masalah..buat cari pengalaman saja...tapi  teman2 ada juga yang kecewa aku kok nggak dapat, aku "maklum saja"..karena lain jurinya..lain juga penilaiannya....