Monday, July 25, 2016

Puisi, 24/7/2016

PINTALAN BENANG

Seorang yang kau sebut sebagai wanita
telah menyimpan pintalan benang kusut
di antara bilik jantung
dan sepanjang aliran darah yang tersendat
seperti jejak langkah yang tersusun rapat
seperti ketika saat kau berangkat

Kiriman nafasmu yang berbau asin perjalanan
kerap melapangkan rongga dada
menempuh titian rusukku yang jarang
dan garang

pintalan benang itu
segala yang kusut dan kurapikan dengan patut
agar kelak usiaku tak sekadar mati di ranjang
dan tampak ngeri dari kaca jendela kamar yang menerawang

Payakumbuh, 2016

Makasih ya, kak. Isa dari komunitas seni intro di payakumbuh, kak. Lagi kuliah di stie has sambil buka usaha sama orangtua di payakumbuh. Hehe :))
Insyaallah isa minggu dpan ke sana ya, kak. :))

Tq Nisa...

Sunday, July 3, 2016

PUISI BIMU

Puisi Kamu di Puisi Bintang Tamu, RRI Pro 2'Bukittinggi, Setiap Minggu, pukul 4 hingga 5 sore..
Tq ya ..

Ass kk..ak im dri palembayan,maaf ya kk puisi nya krang bgus..

"Surat buat ayah"
Krya: Im

Dingin malam mulai merasuk ditubuh ini.
Hati ini terasa hampa.
Saat kau tak ada disisiku.
Aku sangat merindukanmu.

Dimalam yang sunyi ini.
Aku masih menanti kedatanganmu.
Entah sampai kapan aku menantimu.
Dan menunggu hal yang tak pasti.

Aku ingin berjumpa denganmu.
Kenapa kau tak pernah menghampiriku...???.
Apa salah dan dosaku padamu...?.
Diri ini slalu ingin bersamamu.

Aku tak tahu
pada siapa aku akan mengadu.
Hanya dingin malam.
Yang selalu setia menemani kesedihanku.

Berjalan Sepayung

Dari zaman kuda pacuan hingga jawi pembajak 
gonjong rumah kita senantiasa cemas: 
“Jangan berjalan sepayung berdua, 
tak tampak nanti mana anak, mana kemenakan.”

Tapi cinta telah jatuh, sedalam kecemasan yang menghunus tak jenuh 
Kita menanam, menuai dan menikmati manisnya 
serupa kecupan-kecupan yang kita lepas sebelum duduk sama tinggi 
Mengapa mereka pisahkan Tuhan dengan takdir?

Aku pergi, sebab pada akhirnya lelaki tak jua memiliki kamar 
Sementara kau memiliki ranjang yang senantiasa menyunting mimpi 
Simpanlah air mata, kelak, dilain hari 
aku akan menyeduh kopi dengan didihan derita yang tak sudah

Bukankah kita terlanjur dewasa dari payung yang sama?

Payakumbuh, 2014

Terima kasih, kak.😊  isa baru berhabung sama acara ini. Isa tinggal di Payakumbuh, kak. Dari Komunitas Seni INTRO. 😊

Assalamualaikum, kak. Ini annisa zondry. Bolehkah puisi untuk nanti siang dikirim sekarang?:)
Boleh..tq Nisa

Akhir Pekan yang aku Kabarkan

Pada sebuah akhir pekan yang melankolis
Aku mematung di dekat jendela sambil menerka cuaca
Langit lindap, awan terlihat begitu berat, dan
Rindu padamu terasa demikian memikat

Aku seakan sedang mengukur lingkar tubuhmu dengan hangat
Yang menyimpan ruang lapang merupa gelanggang
Tempat pulang meski berkali-kali mencabik arang
mengatakan bahwa di luar,
Berharap kerap lebih menyakitkan daripada
kehilangan temu yang berulang
Sementara lidahku menyebut rindumu kelu
Seperti lari kuda patah kaki atau kuda yang lupa cara berlari, demikian aku mengejanya

Maka kembali kuterka cuaca sambil menghitung ruas jendela
Di luar, orang-orang telah lebih dahulu menggunakan jas hujan
Sementara langit semakin gagap melihat namamu kutulid dalam sajak dengan sigap

Beberapa minggu ini, cintaku
Adakah kau rasa kangen tak mengubah dirinya menjadi apa-apa
Kecuali menjadi sebatang pohon yang menahan angin di bahu jalan?

Bukittinggi, 2016
Annisa zondry