Puisi Kamu di Puisi Bintang Tamu, RRI Pro 2'Bukittinggi, Setiap Minggu, pukul 4 hingga 5 sore..
Tq ya ..
Ass kk..ak im dri palembayan,maaf ya kk puisi nya krang bgus..
"Surat buat ayah"
Krya: Im
Dingin malam mulai merasuk ditubuh ini.
Hati ini terasa hampa.
Saat kau tak ada disisiku.
Aku sangat merindukanmu.
Dimalam yang sunyi ini.
Aku masih menanti kedatanganmu.
Entah sampai kapan aku menantimu.
Dan menunggu hal yang tak pasti.
Aku ingin berjumpa denganmu.
Kenapa kau tak pernah menghampiriku...???.
Apa salah dan dosaku padamu...?.
Diri ini slalu ingin bersamamu.
Aku tak tahu
pada siapa aku akan mengadu.
Hanya dingin malam.
Yang selalu setia menemani kesedihanku.
Berjalan Sepayung
Dari zaman kuda pacuan hingga jawi pembajak
gonjong rumah kita senantiasa cemas:
“Jangan berjalan sepayung berdua,
tak tampak nanti mana anak, mana kemenakan.”
Tapi cinta telah jatuh, sedalam kecemasan yang menghunus tak jenuh
Kita menanam, menuai dan menikmati manisnya
serupa kecupan-kecupan yang kita lepas sebelum duduk sama tinggi
Mengapa mereka pisahkan Tuhan dengan takdir?
Aku pergi, sebab pada akhirnya lelaki tak jua memiliki kamar
Sementara kau memiliki ranjang yang senantiasa menyunting mimpi
Simpanlah air mata, kelak, dilain hari
aku akan menyeduh kopi dengan didihan derita yang tak sudah
Bukankah kita terlanjur dewasa dari payung yang sama?
Payakumbuh, 2014
Terima kasih, kak.😊 isa baru berhabung sama acara ini. Isa tinggal di Payakumbuh, kak. Dari Komunitas Seni INTRO. 😊
Assalamualaikum, kak. Ini annisa zondry. Bolehkah puisi untuk nanti siang dikirim sekarang?:)
Boleh..tq Nisa
Akhir Pekan yang aku Kabarkan
Pada sebuah akhir pekan yang melankolis
Aku mematung di dekat jendela sambil menerka cuaca
Langit lindap, awan terlihat begitu berat, dan
Rindu padamu terasa demikian memikat
Aku seakan sedang mengukur lingkar tubuhmu dengan hangat
Yang menyimpan ruang lapang merupa gelanggang
Tempat pulang meski berkali-kali mencabik arang
mengatakan bahwa di luar,
Berharap kerap lebih menyakitkan daripada
kehilangan temu yang berulang
Sementara lidahku menyebut rindumu kelu
Seperti lari kuda patah kaki atau kuda yang lupa cara berlari, demikian aku mengejanya
Maka kembali kuterka cuaca sambil menghitung ruas jendela
Di luar, orang-orang telah lebih dahulu menggunakan jas hujan
Sementara langit semakin gagap melihat namamu kutulid dalam sajak dengan sigap
Beberapa minggu ini, cintaku
Adakah kau rasa kangen tak mengubah dirinya menjadi apa-apa
Kecuali menjadi sebatang pohon yang menahan angin di bahu jalan?
Bukittinggi, 2016
Annisa zondry